Jumat, 29 April 2011

outline skripsi (Pengaruh cara mengajar guru dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur dan jauh dari kebodohan.
Namun, untuk mewujudkan maksud diatas bukan hal mudah. Membutuhkan waktu, dukungan dari seluru komponen bangsa serta usaha yang harus direncanakan secara matang, berkelanjutan dan berlangsung terus-menerus.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya ini antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidik, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Dengan demikian tenaga pendidik memiliki peran serta tanggung jawab untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini tenaga pendidik harus mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa.
Adakalanya seorang tenaga pendidik tidak mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya karena cara mengajar yang terlalu monoton sehingga para siswa kehilangan minat belajar. Hilangnya minta belajar bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH CARA MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI......”

B.     Identifikasi Masalah
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :
1.      Apakah dengan perubahan cara mengajar guru dapat mempengaruhi prestasi belajar?
2.      Apakah dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai suatu tempat belajar bisa meningkatkan prestasi belajar?
3.      Apakah dengan adanya fasilitas belajar yang dimiliki oleh sekolah termasuk media pendidikan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa?
4.      Apakah suasana lingkungan sekolah dapat menunjang prestasi belajar?
5.      Apakah dengan adanya minat belajar prestasi belajar akan meningkat?

C.    Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Pengaruh cara mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa di SMK Kristen 1 Tomohon
2.      pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Kristen 1 Tomohon
3.      pengaruh prestasi belajar siswa di SMK Kristen 1 Tomohon terhadap cara mengajar guru dan minat belajar

D.    Rumusan Masalah
1.      Adakah pengaruh Cara Mengajar Guru terhadap prestasi belajar di ..........?
2.      Adakah pengaruh Minat Belajar siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa di .........?
3.      Adakah pengaruh Cara mengajar Guru terhadap Minat Belajar siswa di ......?
4.      Adakah pengaruh Cara Mengajar Guru dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di .........?

E.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh cara mengajar guru terhadap prestasi belajar di....
2.      Untuk mengetahui pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di............
3.      Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa di ................. terhadap cara mengajar guru dan minat belajar

F.     Kegunaan Hasil Penelitian
1.      Bagi pengguna
Ø  Guru
-          Memahami tentang bagaimana cara mengajar yang baik
Ø  Siswa
-          Dapat meningkatkan minat belajar serta prestasi belajar
2.      Bagi mahasiswa
-          Memperluas dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang cara mengajar guru yang baik.


BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Landasan Teori
1.      Cara Mengajar Guru
1.1. Kedudukan dan Peranan Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggungjawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa / anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut :
1.        Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2.        Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawad, sebagi mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagi pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3.        James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4.        Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru disekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut :
ü  Informator
Sebagai pelaksanan cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
ü  Organisator
Guru sebagai organisator, pengelolah kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajar dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
ü  Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktifitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.
ü  Pengarah/ Direktor
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
ü  Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
ü  Transmiter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
ü  Fasilitator
Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.
ü  Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa
ü  Evaluator
Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
1.2.Metode mengajar
Berdasarkan persyaratan teknis guru dalam melakukan peranan dan melaksanankan tugas serta tanggungjawabnya, seorang guru harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar.
Cara dan teknik mengajar seorang guru bisa mempengaruhi besar kecilnya minat belajar siswa. Karena seringkali seorang guru tidak memahami cara dan teknik mengajar yang baik. Hal ini selain membuat anak didik kehilangan minat belajar juga tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh guru tidak akan tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka guru harus mengetahui, mempelajari metode mengajar serta dipraktekkan pada saat guru mengajar.
Beberapa metode mengajar guru yaitu :
1.      Metode ceramah (Preaching Method)

Jumat, 18 Februari 2011

Chapter 1 Introduction To System Analysis And Design

A. Introduction
The System Development Life Cycle (SDLC) merupakan proses pada pengertian bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung sebuah usaha yang dibutuhkan, sistem design, pembangunan, dan penyampaian kepada user.
B. The Systems Development Life Cycle
Dalam beberapa jalan, pembangunan sebuah sistem informasi merupakan pembangunan seperti sebuah rumah. The SDLC memiliki empat kumpulan  phasa pokok seperti : Planning, Analysis, design, dan implementation. Setiap phasa merupakan bagian yang tenang sendiri pada seri pada sebuah tahapan, dimana mempercayai teknik yang pertama dalam penyampain sebuah produk. Setiap phasa penyulingan dan pemuaian sebelum pekerjaan selesai.
1.    Planning
The Planning Phase merupakan proses pokok pada pengertian mengapa sebuah sistem informasi akan dibangun dan faktor bagaimana tim proyek akan membangun. Hal ini mempunyai 2 tahapan yaitu :
-    During Project Initiation, sebuah nilai sistem usaha pada organisasi merupakan sebuah identitas bagaimana hal ini akan menurunkan harga atau menambah penghasilan. The Feasibility analysis merupakan pemeriksa kunci pada aspek sebuah project yang dimaksud seperti berikut :
a.    The Technical Feasibility
b.    The Economic Feasibility
c.    The Organizational Feasibility
The system request dan feasibility analysis merupakan sebuah penampilan sistem informasi approval committee, dimana menentukan apakah proyek tersebut akan dijalankan.
-    Salah satu proyek adalah approved, hal yang dicatat project management.selama project management, project manager ditulis pada sebuah rencana kerja, para pegawai proyek, dan mengajukan teknisi dalam tempat tersebut untuk menolong tim kontrol proyek, dan  sampai semua projek berlangsung pada SDLC.
2.    Analysis
The analysis phasa adalah pertanyaan dan jawaban siapa yang akan menggunakan sistem tersebut, apakah akan ada sebuah sistem dan dimana dan kapan hal itu akan digunakan. Sampai phasa ini, tim proyek menginvestigasi beberapa sistem pada saat ini, mengidentifikasi perbaikan yang pantas, dan konsep perkembangan untuk sistem yang baru. Phasa ini memiliki 3 tahapan yaitu :
-    Sebuah Analysis strategy yang merupakan panduan untuk tim proyek dalam usaha perkembangan.
-    Tahap selanjutnya adalah requirement gathering. Informasi pada analisis- dalam penghubung dengan input dari sponsor proyek dan beberapa orang lainnya-peranan dalam konsep perkembangan adalah untuk sebuah sistem yang baru.
-    The analysis, konsep sistem, dan model merupakan kombinasi dalam sebuah dokumen panggilan sebuah sistem proposal, dimana menampilkan sponsor proyek, dan pembuat kunci keputusan lainnya.
The system proposal merupakan menyampaian sebuah inisial untuk mendeskripsikan apakah syarat usaha pada sistem baru ini akan bertemu.
3.    Design
The design phase menentukan bagaimana sebuah sistem akan beroperasi pada sebuah istilah hardware, software, dan infrastruktur jaringan; the user interface, form dan reports; dan sebuah program yang spesifik, databases,  dan file yang akan dibutuhkan. Pada design phase ini mempunyai 4 tahapan yaitu :
-    The design strategy wajib dikembangkan. Hal ini menjelaskan apakah sistem akan memperkembangkan oleh programer perusahaannya, apakah akan menjadi sumber luar lainya pada perusahaan, atau apakah perusahaan akan membeli sebuah paket software yang ada.
-    Peranan dasar pada perkembangan design arsitektur untuk sistem deskripsi sebuah hardware, software dan infrastruktur jaringan yang akan digunakan.
-    The database dan file specification merupakan sebuah pengembangan. Memberikan definisi yang tepat apakah data tersebut akan dismpan dan dimanakah data itu disimpan.
-    The analyst team develop the program design, yang mana program didefinisikan sebagia kebutuhan menulis dan setiap program akan menentukan hal tepat.
Penyampaian seleksi ini merupakan the system specification yang memberikan tim programer untuk pelaksanaan.
4.    Implementation
Phase terakhir dalam the SDLC adalah implementation phase, sampai yang mana sebuah sistem adalah bangunan yang benar. Phase ini mempunyai 3 tahapan yaitu:
-    System construction, sistem yang merupakan sebuah bangunan dan menjamin penampilan sebuah design ujian.
-    The system sebagai installed. Instalasi merupakan sistem yang segera dimatikan dan dinyalakan salah satu yang terbaru.
-    The analyst team establishes sebuah rencana pendukung untuk sistem. Rencana ini biasanya dimasukan ketempat yang formal atau informal sebagai tinjauan pelaksanaan, baik sebagai jalan sistematik untuk  identifikasi major dan minor dibutuhkan perubahaan untuk sebuah sistem
.
C.  Systems Development Methodologies
Sebuah methodologies merupakan formalitas pelaksanaan sebagai pendekataan kepada SDLC. Hal ini merupakan beberapa sistem yang tidak sama pada metodologi sistem perkembangan dan setiap salah satu ciri khas yang dasar dalam pesanan dan tempat yang difokuskan dalam setiap phase SDLC.beberapa metodologi merupakan standar formal digunakan oleh agen pemerintahan, saat yang lainnya mempunyai perkembangan oleh konsultasi perusahaan dijual ke pelanggan. Methodologies merupakan prosses-centered jika mereka menegaskan pada proses model pada konsep inti sistem.
Faktor penting yang lainnya dalam kategori metodologi merupakan urutan phase SDLC dan banyak waktu dan setiap usaha yang setia. Dalam pagi hari pada komputer, kebutuhan untuk formal dan rencana baik metodologi pada siklus kehidupan understood yang tidak baik.
gambar-1
Gambar 1. A Simple Behavioral Model For Making Lunch
D. Structured Design
Kategori pertama pada sistem pengembangan metodologi yang disebut structured design. Numerous process-centered dan data- centered metodologi mengikuti dasar yang mendekatkan 2 struktur design secara garis besar pada kategori selanjutnya.
1.    Waterfall Development
Struktur design metodologi original merupakan waterfall development. Dengan waterfall development-metodologi dasar, analis dan pengguna proses dalam urutan dari salah satu phase selanjutnya. Penyampaian kunci untuk setiap phase merupakan tipe yang sangat panjang dan merupakan penampilan project sponsor untuk izin project yang dipindah dari phase ke phase.
Stuktur design juga memperkenalkan penggunaan pada formal model atau teknik diagram yang mendeskripsikan proses dasar usaha dan data yang mendukungnya.
gambar2
Gambar 2. A Waterfall Development Based Methodologi
2 kunci keuntungan pada struktur design waterfall yang mendekat pada identifikasi syarat sistem panjang sebelum programing dimulai dan perubahan syarat yang minimal proses project.
2.    Parallel Development
The parallel development methodologi percobaan pada masalah alamat yang panjang diantara pengulangan analisis phase dan penyampaian pada sistem. Keuntungan utama pada metodologi ini dapat mengurangi jadwal waktu penyampaian pada sistem; kemudian kesempatan untuk berubah menjadi berkurang dalam mengerjakan usaha lingkungan causing.
3.    Rapid Application Development (RAD)
Kategori pertama pada metodologi yang termasuk pada rapid application development-based methodologi. Hal ini merupakan newer class pada system development methodologies yang muncul pada tahun 1990an. Hal ini mempunyai kombinasi pada perubahan SDLC phase dan menggunakan alat dan teknik untuk memperbaiki kecepatan dan kualitas sistem perkembangan
gambar3
Gambar 3. A Parallel Development Based Methodologi
Menggunakan hak alat dan teknik yang dapat memperbaiki kecepatan dan kualitas pada sistem perkembangan, user expectations yang mungkin boleh berubah secara dramatikal.
4.    Phase Development
Sebuah phase development-dasar metodologi sistem patahnya pakaian kerja dalam sebuah seri sebagai akibat versi perkembangan. Phase development-based methodologi mempunyai perolehan keuntungan yang cepat dalam sistem yang berguna pada penggunan tangan.
gambar4
Gambar 4. A Phased Development-Based Methodology
Ketika sebuah sistem tidak menampilkan semua fungsi yang dibutuhkan pengguna di pertama, sebuah nilai usaha mulai menyediakan segera kemudian jika penyampaian sistem telah selesai maka penyelesaian masalah dengan  metodologi waterfall dan parallel.
5.    Prototyping
A prototyping-based methodology menampilkan analisis, design, dan implementation phase bersama, dan semua phase merupakan penampilan berkali-kali dalam siklus sampai sistem menjadi komplet. Dengan metodologi ini, analisis dasar dan penampilan sebuah design dan pekerjaan segera dimulai dalam sebuah sistem prototype dengan cepat dan kotor menyediakan banyak program pada keutamaan yang minimal.
gambar5
Gambar 5. A Prototyping-Based Methodology
6.    Throwaway Prototyping
Throwaway prototyping-based methodologies merupakan metodologi yang serupa dengan prototyping methodologies dalam pemasukkan perkembangan prototypes tetapi throwaway prototyping poinnya berbeda dalam SDLC. The throwaway prototyping-based methodologi mempunyai phase analisis yang cukup relatif digunakan sebagai informasi dan pengembangan ide untuk konsep sebuah sistem. Sistem ini merupakan perkembangan yang digunakan tipe mungkin untuk menolong dalam beberapa design sampai analisis dan design phase
gambar61
Gambar 6. A Thowaway prototyping-based Methodologi
E. Kesimpulan
Semua sistem proyek pembangunan mengikuti beberapa dasar yang pokok saat proses panggilan the System Development Life Cycle.  SDLC dimulai dengan sebuah phase rencana dalam sebuah identifikasi tim proyek pada sistem nilai usaha, conducts a feasibility analysis, dan proyek rencana.
System Development Methodologies merupakan perilaku formalitas dalam pelaksanaan SDLC. Design strukturnya seperti waterfall dan parallel development, menentukan decomposition pada suatu masalah yang tidak difokuskan pada proses decomposition atau data decomposition.